Sandur kembang desa

Sandur adalah salah satu jenis kesenian rakyat tradisional yang berkembang di  masyarakat Bojonegoro,  jawa timur khususnya daerah ledok kulon. Sandur sudah ada sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada masa kerajaan majapahit.  Sandur menurut masyarakat zaman dahulu merupakan permainan anak-anak yang mengembala.  Sumber lain juga mengatakan bahwa kata sandur berasal dari singkatan kata beksan yang berarti tarian dan mundur yaitu mundur sehingga dapat diartikan sebagai tarian yang di lakukan dengan cara mundur selain itu, sandur berasal dari kata ikhsan yang berarti sesudah dan dur yang berasal dari kata tandur yang berarti menanam.  Sehingga isi cerita bertemakan tentang aktifitas pertanian yang dimulai dari mencari lahan pertanian , membajak ladang atau sawah, menanam, dan akhirnya memanen hasil pertanian.  Tanaman yang biasa di tanam berupa tembakau, padi dan masih banyak lagi. (http://wongjonegoro.blogspot.co.id/2015/10/sandur.html) 


"Sandur" Mungkin kita asing mendengarnya,  tetapi bagi mereka yang berusia diatas 40 tahun  dan hidup dipedesaan pasti pernah mendengar kesenian tersebut walau mungkin belum pernah menontonya.  Kesenian "Sandur" sudah ada  jauh sebelum Indonesia Merdeka, berkembang pesat ditengah tengah masyarakat desa.  Terlebih pada jaman ORLA kesenian ini maju sangat pesat dan hampir disetiap desa di Kab. Bojonegoro memiliki kelompok "Sandur".  Kemudian pada tahun 1965 setelah meletusnya peristiwa G 30 S/PKI kesenian "Sandur" mengalami kemunduran yang sangat drastis. Hal ini disebabkan Sandur dicurigai telah disusupi oleh Lembaga Kesenian Rakyat (Organisasi massa milik PKI).   Situasi politik pada saat itu membuat kesenian "Sandur" ini terpojok dan mengalami kemunduran. Masyarakat pendukungnya menjadi antipati terhadap kesenian tersebut.   Hingga pada tahun 1978 kesenian ini muncul kembali, dan baru pada tahun 1993 "Sandur"  mulai dipentaskan kembali pada festival kesenian rakyat berkat usaha dari seniman setempat bekerja sama dengan Departemen Penerangan dan Dinas Pendidikan dan Kebudayan.  Kesenian "Sandur" merupakan perpaduan antara teater tradisional dan Gerak Tari sederhana. "Sandur" dimainkan oleh empat tokoh pakem yang harus ada, yaitu Cawik, Pethak, Balong, dan Tangsil,  satu orang GERMO yang bertindak sebagai dalang,  10-15 panjak Ore, dan Tukang njaran.  Mereka akan memainkan cerita yang berkaitan dengan agraria seperti bercocok tanam, mencari kerja, atau menikah. Biasanya pertunjukan ini diawali dengan tarian "Jaranan" dan di akhiri dengan atraksi  "Kalongking".
 
  


     Sandur berbeda dengan format pertunjukan lainnya. Inilah yang membuat sandur menjadi unik.  Sandur dimainkan di arena yang dibentuk seperti ring tinju dengan rumbai janur kuning atau biasa disebut Blabar Janur Kuning.   Para tokoh-tokoh yang bermain teater ditempatkan pada setiap sudut.  Sedangkan di bagian tengah blabar diisi Panjak Hore. Mereka adalah sekumpulan penabuh gamelan sederhana dan penyanyi tembang-tembang yang mengiringi pertunjukan Sandur.   Logat yang digunakan dalam berdialog pun unik; tidak seperti teater pada umumnya.   Logat dalam Sandur memiliki cengkok-cengkok tertentu yang semakin menambah keunikan dan kekhasannya. (http://agathaega.blogspot.co.id/2013/10/sandur-intan-yang-terpendam.html)


 

 


Banyak keunikan dalam kesenian "Sandur" selain hal tersebut diatas.   salah satunya adalah "Gonjing Pito" dimana Cawik  menari diatas pundak salah satu "panjak ore" diiringi oleh tetembangan, setelah tetembangan selesai Cawik menjatuhkan diri dengan cara terlentang. dan ditangkap oleh "panjak ore" 




Instrumen iringannya pun cukup sederhana, yakni sebuah kendang serta gong bumbung (bambu besar), dan nyanyian tembang-tembang. Demikian pula dengan properti pentas lainnya, misalnya penerangan tidak menggunakan lampu listrik,  namun cukup dengan obor dan mrutu sèwu, yakni lentera dari bambu 1 – 1,5 meter yang direntang dengan sumbu-sumbu berjajar di atasnya. Kalaupun digunakan lampu listrik,  hanya sekadar membantu penerangan,  bukan merupakan komponen pokok pertunjukan Sandur. 



 



 Pada perkembangannya saat ini kesenian "Sandur" sudah tidak menggunakan unsur unsur magis seperti jaman dulu,  tanpa meninggalkan "Sandur" yang asli. sudah murni kesenian rakyat biasa.  Salah satu penggeraknya adalah "Sandur Kembang Desa" sanggar SAYAP JENDELA .  dan sudah diajarkan disekolah sekolah sebagai ekstra kurikuler di SMA dan SMP bahkan SD di kabupaten Bojonegoro.

data diambil dari berbagai sumber secara online 
foto dokumentasi by KGS

KGS 2016

Komentar